Cara Mengajarkan Anak Bahwa Puasa Bukan Tentang Makanan
Bulan Ramadan, Puasa Sunnah , termasuk bagi kita yang memiliki anak-anak balita atau usia sekolah. Saat si kecil mulai penasaran dan ingin ikut merasakan “puasa setengah hari” atau bahkan full, seringkali fokus mereka (dan kadang kita tanpa sadar) hanya pada satu hal: bisa tidak makan dan minum sampai waktu berbuka.
Banyak anak yang mengira bahwa puasa itu hanya tentang menahan lapar dan haus. Padahal, makna puasa jauh lebih luas daripada sekadar tidak makan dan minum dari terbit fajar hingga maghrib. Sebagai orang tua, kita punya peran penting untuk mengajarkan bahwa puasa adalah latihan hati, pikiran, dan perilaku.
Wajar sekali, kok. Secara fisik, menahan lapar dan haus adalah hal paling konkrit yang mereka rasakan. Tapi sebagai orang tua, kita punya peran indah untuk membimbing mereka memahami bahwa puasa Ramadan itu ibarat gunung es. Yang terlihat di permukaan adalah menahan diri dari makan-minum, tetapi di dalamnya tersimpan makna yang sangat dalam dan luas.
Lalu, bagaimana cara mengalihkan fokus anak dari sekadar “tidak makan” kepada nilai-nilai spiritual yang lebih tinggi? Yuk, simak beberapa tips yang bisa kita coba terapkan bersama.
Berikut beberapa cara sederhana yang bisa membantu anak memahami makna puasa sebenarnya:
1. Gunakan Bahasa yang Tepat Sejak Awal
Daripada hanya bertanya, “Lapar nggak?” atau “Sampai jam berapa nanti puasanya?”, kita bisa mulai dengan pertanyaan yang membangun kesadaran:
-
“Hari ini kita puasa, hal baik apa yang ingin kita lakukan untuk orang lain?”
-
“Walaupun perut kosong, hati kita bisa diisi dengan hal-hal yang menyenangkan, lho. Mau coba?”
Dengan bahasa seperti ini, kita langsung menanamkan gagasan bahwa puasa memiliki dimensi lain selain menahan fisik.
2. Konkretkan dengan “Puasa Anggota Tubuh Lainnya”
Konsep ini sangat powerful untuk diterapkan pada anak-anak. Jelaskan bahwa selain mulut kita berpuasa dari makanan dan minuman, ada “puasa” lain yang juga penting:
-
Puasa Mata: Menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak baik, seperti menonton TV atau main HP terlalu lama, atau melihat sesuatu yang membuat iri.
-
Puasa Telinga: Menjaga pendengaran dari mendengar gossip, kata-kata kasar, atau berbohong.
-
Puasa Tangan dan Kaki: Tidak memukul, mengambil barang tanpa izin, atau pergi ke tempat yang tidak baik.
-
Puasa Hati: Berusaha untuk tidak marah-marah, tidak iri, dan menyayangi teman.
Berikan contoh sederhana: “Wah, tadi Adek nggak marah ketika adik mengambil mainannya, itu hebat! Itu artinya puasa hati Adek berhasil!”
3. Fokus pada “To-Do List” alih-alih “Not-To-Do List”
Alih-alih hanya menekankan pada hal yang tidak boleh dilakukan (makan, minum), buatlah daftar kegiatan positif yang boleh dan dianjurkan dilakukan selama puasa. Ini membuat hari-hari puasa terasa aktif dan bermakna.
-
To-Do List Ramadhan: Menyiapkan takjil untuk tetangga, merapikan mainan yang sudah tidak terpakai untuk disedekahkan, mengaji bersama selepas Ashar, membantu Ibu menyiapkan menu berbuka, atau menelepon nenek untuk mengucapkan salam.
4. Jadikan Berbuka sebagai Momentum Bersyukur dan Berbagi
Saat berbuka, jangan langsung fokus pada banyaknya makanan. Manfaatkan momen ini untuk:
-
Refleksi Sejenak: Ajak anak duduk tenang, merasakan betapa nikmatnya seteguk air dan sebutir kurma setelah seharian menahan diri. Ucapkan syukur bersama.
-
Berbagi Keberkahan: Ajak anak untuk membagikan takjil atau makanan berbuka kepada teman, tetangga, atau orang yang membutuhkan. Rasakan kebahagiaan yang didapat dari memberi, yang bahkan lebih manis dari kolak pisangnya!
5. Libatkan Anak dalam Aktivitas Sosial Ramadan
Anak belajar paling efektif dengan mengalami langsung. Libatkan mereka dalam kegiatan sosial keagamaan, seperti:
-
Ikut serta dalam pembagian paket sembako untuk dhuafa.
-
Mengunjungi panti asuhan untuk berbagi kebahagiaan.
-
Mengikuti pesantren kilat anak-anak yang biasanya penuh dengan permainan edukatif tentang akhlak.
6. Jadilah Role Model yang Konsisten
Ini adalah kunci yang paling utama. Anak adalah peniru ulung. Mustahil kita mengajarkan untuk tidak marah jika kita sendiri mudah terpancing emosi. Mustahil kita mengajarkan kedermawanan jika mereka tidak melihat kita gemar berbagi. Tunjukkan melalui tindakan nyata bahwa nilai-nilai puasa itu kita jalani dalam keseharian.
https://s.id/LatihanPuasaAnak
